Klinik Cantik, Bisnis Ciamik

Inovasi teknologi, layanan, sistem harga hingga eksistensi di Instagram membuat klinik kercantikan ini sukses membuat perempuan-perempuan berbahagia. 

Sepeda motor dan Alphard bukan cuma bisa sama-sama parkir di depan Zap Clinic di kawasan Antasari, Jakarta Selatan. Penumpangnya pun dapat sama-sama terbaring di kamar perawatan, tentunya di ruangan berbeda,  menikmati layanan hair removal hingga kecantikan di sana.

Perpaduan layanan yang diupayakan dijaga betul kualitasnya dipertemukan dengan kepiawaian mengolah harga dalam bentuk paket membuat rentang target pasar Zap lebar. Pemandangan serupa juga bisa dijumpai di cabang klinik itu di Hotel Oria, Jakarta Pusat. Mahasiswi beransel bergantian memasuki ruangan terapi dengan perempuan berkarir dengan setelan resmi serta mereka berusia matang yang diantar ke sana oleh sopir pribadinya.

"Lucu juga sih, di Antasari itu, saya pernah dengar, ada orang yang sehari-hari bekerja di pasar tradisional di Bogor, datang pakai motor. Nah di sana juga ada ibu-ibu yang diantar Alphard yang drivernya akan mengecek dulu apakah ruang terapinya sudah siap, baru kemudian si ibu turun dari mobil," kata Fadli Sahab, 32, sang pendiri ketika dijumpai di Zap Clinic Oria Hotel, yang interiornya bergaya klasik, Kamis (1/10).

Strategi harga

Buat memacu bisnis yang dirintisnya sejak 2009, Fadli menetapkan aneka strategi. Ia memasang harga treatment mulai Rp 250.000 hingga Rp 2juta per perawatan yang kemudian jika dibayar beberapa perawatan di muka, akan memperoleh diskon hingga 25%. Bahkan, tersedia paket cicilan untuk mereka yang ingin membeli seri perawatan dengan mengangsur tanpa bunga.

Istimewanya, layanan yang diberikan, diklaim Fadli yang mengaku menjadi komandan tunggal untuk bisnisnya, setara bahkan melampaui kompetitornya. Ia teris berinvestasi pada mesin canggih yang terbaru bahkan harganya mecapai Rp1,5 miliar serta menempatkan dokter kecantikan sebagai pemberi layanan langsung.

Di kalangan para penyuka perawatan, Zap pun dikenal sebagai penyedia layanan dan produk kecantikan dengan efek minimal. Bonus buat para pengambil seri perawatan, kesempatan untuk booking. Sehingga, mereka yang datang untuk mengambil layanan ritel, akan didorong untuk meningkatkan loyalitasnya agar tak perlu antri.

Privelledge untuk booking serta terintegrasinya sistem data juga memungkinkan tim yang mengawal masing-masing Zap Clinic memastikan siapa saja tamu yang akan datang. Tim resepsionis dan kepala klinik, yang sebagian besar punya pengalaman kerja di hotel berbintang 5 akan mengetahui kategori pelanggan yang akan datang. Tamu Zap diklasifikasikan mulai A hingga E, dengan nilai pembelian puluhan juta hingga yang terendah. Informasi itu tak akan membuat pelayanan dibedakan, namun akan membuat pelanggan merasa dikenali.

"Ya, karena kami tak seperti klinik lain yang memberikan dosis tinggi dengan frekuensi perawatan jarang namun lebih mahal. Harga kami terjangkau, dosisnya lebih rendah. Dengan demikian, efek yang kerap dikeluhkan, seperti rasa sakit atau iritasi, bisa dihindari, dan nyatanya banyak perempuan lebih nyaman dengan opsi yang kami tawarkan," ujar pria lajang ini yang mengaku akan segera berkeluarga ini.

Investasi teknologi

Strategi-strategi bisnis itu kemudian saling berkelindan dan menimbulkan efek domino. Kumulatif dana yang diperolehnya dari pembeli treatment series kemudian dialokasikan untuk membeli aneka mesin perawatan canggih, menempatkan dokter umum yang dilatih sebagai dokter kecantikan hingga pada 2017 nanti, melengkapi setiap cabang dengan dokter spesialis kulit dan kelamin (SpKK).

"Nilai paket yang sudah dibeli pelanggan ini totalnya sudah mencapai puluhan miliar rupiah, dana ini yang kami gunakan untuk terus meningkatkan teknologi dan pelayanan klinik ZAP. Prinsip kami, fair saja, pelanggan dapat layanan terbaik dengan harga yang terjangkau dan ZAP bisa terus melakukan pengembangan," ujar Fadli.

Tumbuh 10 kali lipat

Keputusan-keputusan untuk mempercepat pergerakan bisnis Zap, yang menurut Fadli, sebagian tak lazim dipraktikan para pengusaha di sektor serupa, membuat Zap telah punya 19 cabang di seluruh Indonesia, tersebar di Jakarta, Tangerang, Yogyakarta, Medan, Manado, Bandung, Semarang, Makassar, Denpasar serta Surabaya. "Enam cabang baru telah kita buka tahun ini dan tahun ini juga, akan kembali dibuka setidaknya empat lagi, masing-masing di One Bell Park, Summarecon Mal Serpong, Emporium Mal, serta Lotte Shopping Avenue. Pembukaan cabag ini diperlukan untuk meminimalir antrian dan mengantisipasi pertunbuhan permintaan yang terus berlipat," kata Fadli yang menyatakan akan menyasar 70% kliniknya ada di mal dibanding ruko atau tergabung dengan layanan jasa seperti di Oria Hotel.

Pasalnya, pertumbuhan permintaan kini telah mencapai 10 kali lipat dan hingga 2016, jumlah layanan perawatan yang diberikan telah mencapai lebih dari 50.000 setiap bulannya. Bergabung dengan mal akan memudahkan akses pelanggan sehingga jangkauan pelanggan akan makin melebar. 

Selain strategi penempatan lokasi cabang, investasi yang digelontorkan untuk marketing pun makin digenjot. "Kami beriklan di Instagram dan Google, ada juga investasi teknologi informasi. Semua pelanggan, perjalanan perawatan, foto before and after, serta seri paketnya, bisa diakses di cabang mana pun. Bulan depan pun kami akan punya aplikasi untuk sistem booking," kata Fadli yang bermitra dengan dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, Endi Novianto dalam pengembangan produknya. 

Jadi, pilih dan booking perawatan yang diinginkan lewat apps, hair removal, face toning, face rejuvenation atau platelet-rich plasma (PRP) yang memungkinkan kulit diremajakan menggunakan olahan sel darah kita! (M-2)

 

Dari Garasi Hingga Mal Premium

Punya sahabat bule yang kerap mengeluhkan bulu di punggung yang lebat dan membuat tak nyaman, Fadli Sahab memutuskan untuk merintis bisnis penghilangan bulu alias hair removal pada 2009, saat ia masih bekerja di divisi pengembangan bisnis PT Surveyor Indonesia. Dibantu terapis, ia menyediakan layanan dari rumah ke rumah dengan mesin yang dibelinya seharga Rp 50juta.

Bisnis yang dijalankan sembari menyambi kerja itu nyatanya moncer, sehingga alumnus Perencanaan dan Pembangunan Wilayah Universitas Gadjah Mada itu, tiga bulan kemudian menyewa garasi berukuran 2,5 x 3 meter di rumah milik kawannya di kawasan Woltermonginsidi, Jakarta Selatan, seharga Rp 1,5 juta per bulannya hingga kemudian menumpang di sebuah salon di kawasan Pos Pengumben, Jakarta Selatan. "Di luar negeri, layanan hair removal sudah jadi kebutuhan, sementara di Indonesia saat itu demandnya ada tapi belum banyak yang menyediakan. Maka saya putuskan untuk serius di bisnis ini setelah sebelumnya pas kuliah sempat bisnis kafe hingga outbound training, tapi belum ada yang sukses," kata Fadli.   

Hingga 2013, outlet Zap kemudian baru silih berganti dibuka, seiring dashyatnya efek promosi dari mulut ke mulut serta masih minimnya kompetitor.

Aman dan nyaman

"Kami menggunakan cahaya terang, yang lazimnya lampu yang biasa digunakan sehari-hari, yang efektif menghancurkan akar rambut karena cahaya yang dipancarkan akan diserap rambut. Dijamin aman dan permanen, beda dengan waxing yang sementara. Kalaupun perlu maintenance pada kasus tertentu, cukup dilakukan enam bulan hingga setahun sekali," ujar Fadli.

Pada 2014, Fadli memutuskan untuk membedakan diri dengan para pesaingnya dengan berfokus pada layanan khusus perempuan sehingga perempuan berhijab pun akan nyaman di sana, serta melengkapi layanannya dengan layanan kecantikan.

"Karena, dengan teknologi hair removal, dengan terapi selama delapan kali setahun untuk selamanya, Zap dikenal luas dengan cepat. Bicara hair removal, ya Zap. Nah, untuk membuat pelanggan kembali dan terus datang, kami lengkapi dengan beauty yang setiap tahun terus dipacu hingga komposisi layanannya mencapai 70% dan hair removal hanya tinggal 30% saat ini," kata Fadli. (Zat/M-2)

 

Iis Zatnika

 

Liputan Media Cetak
07.11.2016
 
WhatsZAP