Ide Bisnis Datang dari Kebutuhan

Fadly Sahab tidak menyangka bisnis kecil-kecilan yang dirintis sejak 2009 kini meraih sukses. Alasannya, usaha yang dilakoni pria kelahiran 11 Agustus 1984 itu bukan kebutuhan primer seperti makanan atau pakaian, melainkan penghilang bulu.

Ekspansi…Ekspansi…Ekspansi

Sebagai pria yang menekuni bisnis gaya hidup, Fadly mutlak harus belajar banyak. Sejak memulai usaha, Fadly kerap berkonsultasi dengan dokter-dokter spesialis kulit yang memahami seluk-beluk perawatan kecantikan. Dari dokter-dokter tersebut, Fadly juga belajar customer needs.

Kemauan belajar yang tinggi membuahkan hasil. Konsumen ZAP meroket. Brand awareness nya juga terus meningkat meski terbatas di kalangan perempuan. “Kalau pria, enggak banyak yang tahu soal ZAP. Brand Image kita emang lekat dengan perempuan,” ujar pria jebolan Perencanaan Pembangunan Wilayah Universitas Gadjah Mada tersebut.

Pada awal 2015, ZAP melayani 5 ribu treatment dalam sebulan. Akhir tahun lalu, konsumen ZAP meningkat menjadi 25 ribu treatment sebulan. Pada kuartal pertama tahun ini, ZAP telah melayani 50 ribu treatment sebulan. Artinya dalam setahun, kosumen ZAP tumbuh 10 kali lipat. “Agustus lalu, ada kenaikan 39 persen, “jelas Fadly.

Pertumbuhan animo juga berkaitan erat dengan ekspansi. Kini ZAP telah memiliki gerai di Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang dan Jogjakarta, ZAP membuka gerai ke-19 di Manado. “Target kami memang beat your personal best”, terangnya.

Saat ini ZAP memilki 370 pegawai termasuk 70 dokter kecantikan.

Berbagai peluang bisnis pernah dijajal Fadly. Mulai berjualan koran, mendirikan kafe hingga bisnis outbound. Berbekal kegemaran selalu ingin menjajal hal-hal baru, Fadly mendirikan layanan penghilang bulu permanen ZAP Clinic.

Ide bisnis unik itu berasal dari rekan-rekan bule Fadly yang sudah akrab dengan layanan Permanent Hair Removal di negaranya. Namun, mereka sulit menemukan layanan serupa di Indonesia. Fadly menganggap kebutuhan tersebut sebagai potensi bisnis. Dia pun membuka layanan penghilang bulu secara permanen.

“Awalnya, kami melayani dari rumah ke rumah. Belum punya outlet. Soalnya, bisnis kecil-kecilan banget,” katanya saat ditemui di gerai ZAP Clinic di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, kamis (1/9).

Meski belum memiliki outlet, Fadly tidak menyangka sambutan dari konsumen cukup baik. Dia memang lumayan sering beriklan di jejaring sosial yang sedang naik daun pada 2009, biaya beriklan di jejaring sosial saat itu masih murah, hanya USD 100 per bulan.

Merasa mendapatkan sambutan dari konsumen, Fadly memutuskan membuka gerai. Jangan membayangkan outlet pertama ZAP mewah ala klinik skincare. “Waktu itu aku nebeng di salon di Pos Pengumben (Jakarta Barat,Red). Mesin aku ditaruh di situ,” jelasnya.

Karena jumlah konsumen masih bisa dihitung jari, Fadly dan terapisnya tetap menerima order dari rumah ke rumah. Ongkos penghilang bulu permanen saat itu terbilang murah. Hanya Rp125 ribu untuk sekali treatment.

Setahun setelahnya, ZAP melebarkan jaringan ke Surabaya. Untuk menghemat ongkos ekspansi, Fadly membuka gerai di rumah salah seorang saudaranya. Meski setiap hari dia menerima uang dari konsumen, pertumbuhan bisnis ZAP dirasa lambat. Sebab, konsumen yang bulunya sudah tidak tumbuh tidak memerlukan layanan ZAP lagi.

Diskusi dengan seorang dokter kulit membuka mata Fadly. Dia pun mengubah bisnisnya. Dari awalnya hanya menghilangkan bulu, kliniknya kini melayani beauty treatment.

Berkat masukan konsumen, Fadly memisahkan tiga treatment sehingga konsumen bisa memilih salah satu stage. Biayanya pun lebih murah, Rp 199 ribu per treatment, “Karena biayanya lebih murah, entry barrier konsumen lebih kecil. Konsumen bisa lebih rutin datang ke ZAP. Karena customer lebih teratur menjalani terapi, hasilnya lebih bagus,” tuturnya.

 

Liputan Media Cetak
07.11.2016
 
WhatsZAP